Rendah Hati Ibarat Ilmu Padi Semakin Berisi Semakin
Merunduk
Allah Azza wa Jalla memuliakan semua
keturunan Adam. Siapakah diri kita sehingga berani meremehkan orang lain? Allah
berfirman bahwa orang yang mulia di mata Allah adalah yang berjalan dengan
rendah hati. Tapi bagaimana caranya mengetahui apakah kita rendah hati? Inilah
caranya: Ketika ada orang yang menghina atau memarahi anda, tetaplah bersikap
tenang dan jangan ikut marah. Saya tahu bahwa ketika ada orang yang menghina
kita, hal itu menyakitkan. Dan Allah menyebut orang-orang seperti itu
sebagai jahilun. Jahilun dalam bahasa Arab adalah
kebalikan dari akhil. Jahilun berarti seseorang
yang tidak bisa mengontrol emosi mereka.
Jadi misalnya anda mengemudi di jalanan
kemudian seseorang menyalip anda. Dan anda membunyikan klakson untuk
menghentikan mobilnya. Kemudian orang itu keluar dari mobilnya dan marah-marah
kepada anda. Tapi anda tidak meladeni amarahnya melainkan mengucapkan "Assalammu’alaikum.
Saya minta maaf, tidak apa-apa.” Anda harus belajar melakukan itu.
Hal ini AKAN TERJADI pada anda. Jadi
misalnya ada orang berbicara kasar pada anda, tidak mengapa. Itu hak mereka.
Anda mungkin tidak tahu mengapa orang itu berbicara seperti itu pada anda.
Mungkin ada hal lain yang terjadi dalam hidup mereka, sehingga mereka
menumpahkan kemarahannya pada anda. Anda harus menjadi pemaaf dan rendah hati
pada orang lain.
Ada banyak wanita dan pria yang
mendatangi Rasulullah s.a.w dan marah-marah kepadanya, padahal mereka Muslim.
Dan Rasulullah s.a.w tidak menjadi emosi, dia malah menenangkan mereka. Para
Sahabat sudah ingin membunuh orang-orang seperti itu, namun dia bersabda
“Tenang. Damai saja.”
Ini adalah sunnah dari Rasulullah
s.a.w. Ketika ada orang yang mengatakan hal-hal yang membuat anda marah, anda
harus tenang. Dan bagi para pembaca yang laki-laki, istri anda seringkali
mengatakan hal-hal yang membuat anda marah. Dan ketika anda mendengarnya,
jangan ikut-ikutan marah. Bersikaplah tenang dan santai. Jangan membalas
kemarahannya.
Bagi para pembaca wanita, suami anda
seringkali mengatakan hal-hal yang membuat anda naik pitam. Dan Allah telah
memberikan anda kekuatan spesial. Saya punya 3 orang saudari, istri, dan 4
orang putri. Saya tahu bahwa wanita punya kekuatan spesial. Kekuatan spesial
itu adalah: Wanita bisa memberikan jawaban yang langsung menusuk tepat di
jantung anda sehingga emosi anda memuncak. Tapi ketika suami anda hilang
kendali dan dia menjadi terlalu emosi, tenangkanlah dia. Ubahlah topik
pembicaraannya.
Anda harus tenang ketika berurusan
dengan orang. Anda akan bertemu berbagai jenis orang dengan tempramen masing-masing.
Sebagian dari kita mempunyai bos yang Inna lillahi wa inna ilaihi
roji’un. Dia selalu marah, bahkan ketika sedang tersenyum mukanya tampak
seperti sedang marah. Ada bos yang seperti itu. Tapi anda harus belajar cara
menyikapinya dengan damai.
Bagi anda yang berprofesi sebagai guru,
ada sebagian murid yang membuat anda marah. Namun anda harus tenang. Anda tidak
boleh marah-marah ketika mengajar. Rasulullah s.a.w bersabda “Aku diutus
sebagai guru.” Namun dia tidak pernah marah pada orang. Budaknya menceritakan
bahwa dia tinggal bersama Nabi dan Nabi tidak pernah menghardiknya di sepanjang
waktu.Subhanallah. Padahal orang tersebut adalah budaknya, bukan
karyawannya, namun Nabi tidak pernah menghardiknya.
Jadi bersikap tenang dan mengendalikan amarah
sangat penting. Mengapa ini sangat penting?
Karena lain kali ketika anda memaksa
diri anda untuk tetap tenang dan tidak marah, katakanlah dalam hati “Aku
melakukan ini karena ingin mendapatkan kemuliaan di mata Allah.” Inilah
orang-orang yang dicintai Allah, yaitu orang-orang yang dapat mengendalikan
amarah, orang yang dapat melepaskan egonya dan menenangkan situasi. MESKIPUN
ketika mereka BENAR, mereka berkata, “Tidak apa-apa. Kita tidak perlu
bertengkar. Damai saja.”
Saya akan menceritakan kisah menarik
tentang Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah tentu saja seorang ulama terhebat
sepanjang sejarah Islam. Orang-orang banyak berdatangan kepadanya untuk
bertanya tentang fiqih. Kebetulan ibunya punya pertanyaan, dan Imam Abu Hanifah
memberitahu jawabannya. Namun ibunya berkata “Kau tidak tahu apa-apa. Aku akan
bertanya pada orang di sebelah sana.”
Dan orang yang ingin ditanyai ibunya
itu adalah da’i. Da’i berarti orang yang berceramah untuk mengingatkan
orang-orang agar bertakwa, tapi dia tidak tahu masalah fiqih, hukum syariah,
dan sebagainya. Jadi ibunya bertanya padanya, dan da’i itu berkata“Aku harus
mempelajarinya dulu dan akan memberikan jawabannya nanti.” Coba
tebak, kepada siapa da’i itu bertanya? Dia bertanya pada Abu Hanifah. Dia berkata
“Hey, ibumu datang dan punya pertanyaan.” Abu Hanifah berkata “Oke, ini
jawabannya tapi jangan beritahu padanya bahwa aku yang memberitahumu.” Betapa
rendah hatinya Imam Abu Hanifah.
Terkadang bahkan keluarga anda sendiri
yang tidak senang mendengar perkataan anda. Mungkin anda menjadi lebih bertakwa
kepada Islam, namun mereka tidak terlalu dekat dengan Islam. Dan hal itu
membuat anda marah. Anda marah ketika seorang wanita dari keluarga anda tidak
pakai hijab. Anda marah ketika ketika orang-orang muda dari keluarga anda tidak
shalat. JANGAN! Jangan marah pada mereka. Bicaralah pada mereka baik-baik dan
tenang. Kemarahan anda hanya akan membuat mereka semakin jauh dari Islam. Hal
itu tidak akan membuat mereka menjadi dekat. Anda harus mempunyai hati yang
lembut kepada mereka yang tidak dekat dengan Islam. Misalkan seseorang datang
dan berbicara dengan kasar kepada anda, apakah anda akan mendengarnya atau
malah menjauhinya? Pikirkan itu!
Saya ingin mengingatkan bahwa Allah
Azza wa Jalla berfirman kepada Musa a.s untuk bersikap lembut pada Fir’aun.
Padahal kita tahu bahwa Fir’aun mencoba membunuh Musa a.s ketika dia masih
bayi. Bahkan Fir’aun membunuh ribuan bayi setiap tahunnya dan menganggap
dirinya sebagai tuhan. Ada begitu banyak alasan untuk membenci Fir’aun.
Namun Allah berfirman kepada Musa
“Ketika kau menemuinya, berdakwahlah dengan lemah lembut kepadanya.” Jika
kepada Fir’aun saja kita harus berbaik hati, apalagi dengan istri, suami,
anak-anak, saudara, sepupu, atau paman kita? Mereka terkadang membuat kita
marah. Keluarga kadang membuat kita sangat marah. Saya tahu. Namun inilah
orang-orang yang paling pantas mendapatkan kelemah-lembutan dari kita. Kita
harus mengubah cara kita berperilaku terhadap mereka.