Nabi Muhammad teladan kami
Ketika nabi Muhammad diperintahkan untuk
hijrah ke Madina beliau memulangkan semua barang-barang milik orang Quraisy
yang masih dititipkan kepada beliau. Pemulangan barang titipan ini membuat
pemilik barang-barang tersebut heran dan curiga, akhirnya tahulah orang-orang
Quraisy itu bahwa nabi Muhammad akan ikut hijrah.
Betapa amanahnya nabi Muhammad, seharusnya
beliau bisa langsung pergi hijrah dan tidak perlu memulangkan barang-barang
milik orang-orang Quraisy yang jadi musuhnya itu. Tetapi, pribadi dan akhlak
beliau yang luhur beliau selalu menjaga kepercayaan dan amanah yang diberikan
kepadanya oleh siapapun sekalipun amanah itu dari musuh-musuhnya.
Benarlah apa yang di firmankan oleh Allah
bahwa nabi Muhammad itu adalah manusia yang berakhlak mulia dan agung. Berikut firman Allah dalam surat Al Qolam : 4
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.”
Ayat di atas memuat pujian Allah SWT kepada Rasul pilihan-Nya Muhammad
SAW. Bahwa memang tidak ada manusia yang lebih sempurna akhlaknya daripada
beliau dan merupakan suatu anugerah dari Allah SWT yang telah memberi taufik
kepadanya.
Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan melainkan didapatkan pada
diri beliau dalam bentuk yang paling sempurna dan paling utama. Hal ini
pun diakui oleh para sahabat yang menyertai hari-hari beliau sebagaimana
dinyatakan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
“Adalah Rasulullah SAW manusia yang paling
bagus akhlaknya.”
Bagaimana Anas tidak memberikan sanjungan yang demikian sementara ia telah
berkhidmat pada beliau sejak usia sepuluh tahun dan terus menyertai beliau
selama sembilan tahun. Dan tidak pernah sekalipun ia mendapat hardikan dan
kata-kata kasar dari Nabi nan mulia ini.
“Aku berkhidmat kepada beliau ketika safar
maupun tidak. Demi Allah terhadap suatu pekerjaan yang terlanjur aku lakukan,
tidak pernah beliau berkata ‘Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian?’
Sebalik bila ada suatu pekerjaan yg belum aku lakukan tidak pernah beliau
berkata ‘Mengapa engkau tdk lakukan demikian?’.”
Demikian pengakuan Anas radhiyallahu ‘anhu.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha
ketika ditanya oleh Sa’d bin Hisyam bin Amir tentang akhlak Rasulullah SAW ia
menjawab:
“Akhlak beliau adalah Al-Qur`an. Tidakkah
engkau membaca firman Allah SWT ‘Sungguh engkau berbudi pekerti yang agung’?”
Bahwa gambaran apa saja yg diperintahkan Al-Qur`an pasti beliau lakukan.
Dan apa saja yang dilarang Al-Qur`an beliau tinggalkan. Selain memang Allah SWT
telah menciptakan beliau dengan sebaik-baik tabiat dan akhlak seperti rasa
malu, dermawan, berani, penuh pemaaf, sangat sabar dan lain sebagai dari
perangai-perangai yg baik. Kebagusan akhlak ini tampak dari diri beliau ketika
bergaul dengan istri sanak family sahabat masyarakat bahkan dengan musuhnya. Tidak
heran masyarakat Quraisy yang paganis ketika itu memberi gelar pada beliau Al-Amin,
yakni orang yang terpercaya, jujur, tidak pernah dusta, lagi amanah, sebagai
bentuk pengakuan terhadap salah satu pekerti beliau yang mulia.
AHLAK RASULULLAH SAW BERSAMA ISTRINYA
Keberadaan Rasulullah SAW sebagai pemimpin tiap hari tersibukkan dengan
beragam persoalan umat, mengurusi dan membimbing mereka bukanlah menjadi alasan
beliau untuk tidak meluangkan waktu membantu istri di rumah.
Bahkan didapati beliau adalah orang yang perhatian terhadap pekerjaan
dalam rumah. Sebagaimana persaksian Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika
ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika di rumah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: “Beliau biasa membantu
istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat.”
Beliau ikut turun tangan meringankan pekerjaan yang ada,
“Beliau manusia sebagaimana manusia yang
lain. Beliau membersihkan pakaian memerah susu kambing dan melayani diri
sendiri.”
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran dan mau memaklumi keadaan
istri amat lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu ‘anha berbagi cerita
tentang kasih sayang dan pengertian beliau SAW:
“Termasuk akhlak Nabi SAW beliau sangat baik
hubungan dengan para istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri suka
bersenda gurau dan bercumbu rayu bersikap lembut terhadap mereka dan
melapangkan mereka dalam hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya.
Sampai-sampai beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha
berlomba lari utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.”
Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu ‘anha
berkisah bahwa suatu malam ia pernah mengunjungi
Rasulullah SAW saat sedang i’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang akhir di
bulan Ramadhan. Shafiyyah berbincang bersama beliau beberapa waktu. Setelah ia
pamitan untuk kembali ke rumahnya. Rasulullah SAW pun bangkit untuk
mengantarkan istrinya. Hingga ketika sampai di pintu masjid di sisi pintu rumah
Ummu Salamah lewat dua orang dari kalangan Anshar kedua mengucapkan salam lalu
berlalu dgn segera. Melihat gelagat seperti itu Rasulullah SAW menegur kedua “Pelan-pelanlah
kalian dalam berjalan tdk usah terburu-buru seperti itu karena tidak ada yang
perlu kalian khawatirkan. Wanita yg bersamaku ini Shafiyyah bintu Huyai
istriku.” Kedua menjawab “Subhanallah, wahai Rasulullah tidaklah kami
berprasangka jelek padamu.” Beliau menanggapi “Sesungguhnya setan berjalan pada
diri anak Adam seperti beredarnya darah dan aku khawatir ia melemparkan suatu
prasangka di hati kalian.”
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan
Rasulullah SAW di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau SAW
adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan
melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dari rumah beliau yang penuh berkah itulah memancar cahaya Islam,
sedangkan beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal perut
beliau. An-Nu’man bin Basyir menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah SAW:
”Aku telah menyaksikan sendiri keadaan
Rasulullah SAW, sampai-sampai beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek
sekalipun untuk mengganjal perut.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menyalakan tungku masak
selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air.” (HR. Al-Bukhari)
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah SAW dari beribadah
dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan azan; “Marilah
tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan!” beliau segera menyambut seruan
tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi.
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku pernah bertanya
kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah SAW
di rumah?’ ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau biasa membantu
keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan
shalat).” (HR. Muslim)
Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa
beliau mengerjakan shalat fardhu di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau SAW pernah terserang demam yang sangat parah. Sehingga sulit
baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang mengantar beliau menemui Allah
SAW.
TAWADHU’ RASULULLAH SAW DI HADAPAN
ISTRI-ISTRI BELIAU
Rasulullah SAW bersikap tawadhu’ (rendah diri) dihadapan istri-istrinya,
sampai-sampai beliau membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah
tangga –meskipun ditengah kesibukan beliau menunaikan kewajiban beliau untuk
menyampaikan risalah Allah atau kesibukan mengatur kaum muslimin.
Aisyah berkata, “Rasulullah SAW dalam kesibukan membantu istrinya,
dan jika tiba waktu sholat maka beliaupun pergi sholat”. (HR Al-Bukhari
V/2245 no 5692)
Imam Al-Bukhari membawakan perkataan Aisyah ini dalam dua bab yaitu “Bab
tentang bagaimanakah seorang (suami) di keluarganya (istrinya)?” dan “Bab
seseorang membantu istrinya”
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang
dikerjakan oleh Rasulullah SAW jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah
berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari
kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit
bajunya, dan mengangkat air di ember”. (HR Ibnu Hibban (Al-Ihsan XII/490 no
5676, XIV/351 no 6440),)
Dalam buku Syama’il karya At-Thirmidzi, “Dan memerah susu kambingnya…”
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di As-Shahihah 671)
Berkata Ibnu Hajar, “Hadits ini menganjurkan untuk bersikap rendah diri
dan meninggalkan kesombongan serta seorang suami yang membantu istrinya”.
(Fathul Bari II/163)
Hal ini tidak sebagaimana yang kita lihat pada sebagian suami yang
merasa terhina jika melakukan hal-hal seperti ini, merasa rendah jika membantu
istrinya mencuci, meneyelesaikan beberapa urusan rumah tangga…, apalagi jika
mereka adalah para suami berjas (alias kantoran). Maka seakan-akan pekerjaan
seperti ini tidak pantas mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas
ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak layak untuk melakukannya.
AKHLAK RASULULLAH SAW, “MENOLAK KEJAHATAN
DENGAN KEBAIKAN”
Berikut ini adalah realitas kehidupan Rasulullah yang dapat menjadi renungan
kita semua dan dapat kita jadikan sebagai suri tauladan ……
“ Tatkala seorang pandir Quraisy mencegat rasulullah di tengah jalan,
lalu menyiramkan tanah di atas kepala beliau. Muhammad SAW diam menahan
pedih. kemudian pulang ke rumah dengan tanah yang masih menempel di kepala.
Fatimah, putrinya, kemudian datang mencucikan tanah di kepala ayahnya itu. Ia
membersihkannya sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati
seorang ayah daripada mendengar tangis sang anak. Lebih-lebih anak perempuan.
Setitik air mata kepedihan yang mengalir dari kelopak mata seorang putri
adalah sepercik api yang membakar jantung. Beliau pun tak kuasa menahan getir,
lalu menangis tersedu-sedu di sisi sang putri. Juga, secercah duka yang
menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang terasa mencekik leher, dan
hampir pula menyuluti emosinya untuk membalas. Tetapi Rasul Muhammad adalah
seorang yang sabar dan pemaaf. lalu, apakah yang beliau lakukan dengan tangis
putrinya yang baru saja kehilangan sang ibu tercinta itu?
Rasulullah Muhammad SAW hanya bisa menghadapkan jiwanya kepada Allah,
seraya memohon dikuatkan batinnya untuk menerima perlakuan keji itu. “Jangan
menangis anakku” ucap sang ayah kepada putrinya yang sedang berlinang air
mata itu. “Tuhan akan melindungi ayahmu.”
Inilah akhlak cantik yang telah diperlihatkan oleh Rasul kepada kita
semua, “menolak kejahatan dengan kebaikan “ meskipun ajaran agama
memberikan kesempatan pada rasul yang telah diperlakukan secara tidak manusiawi
(dzalim) untuk mengadakan perlawanan demi membela diri, bahkan, apabila mau
bisa membalas . namun rasulullah memilih sabar dan memaafkan perbuatan keji
tersebut.
Sungguh, membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama, tidak dikenakan
sanksi dosa, karena dosa itu hanya berlaku bagi orang-orang yang berbuat aniaya
(dzalim) tanpa berpijak pada logika kebenaran, namun agama lebih mengutamakan
sikap sabar dan saling memaafkan ketimbang sikap saling membalas dan saling
memusuhi.Kejahatan hendak dibalas dengan kejahatan, tentulah bukan sebuah
pilihan yang baik bagi responsibiliti moral sebuah agama.
“ Dan, kalau kamu hendak melakukan
pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu. Tetapi, kalau kamu
bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan
hatimu, karena berpegang kepada pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati
terhadap perbuatan mereka. Jangan pula engkau bersesak dada terhadap apa yang
mereka rencanakan.” (QS. Al-Nahl: 126-127).
RASULULLAH SAW BENCI KEPADA ORANG YANG
BERDIRI MENGHORMATINYA
Dari Anas bin Malik t berkata :
“Tak seorangpun yang mereka cintai lebih dari
cinta kepada Rasulullah SAW tapi jika mereka melihat Rasululloh tidak berdiri
menghormati beliau karena mereka tahu bahwa beliau benci kepada hal yang yang
serupa.” (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi
pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad SAW hingga salah seorang isteri
beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahawa akhlak
Rasulullah adalah “Al-Qur’an”.
Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu
beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya
perilaku seharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat
tawadhu’ yang tiada tandingnya.
Beliau selalu menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus
menyuruh isterinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah seorang yang ringan tangan
dan selalu membantu semua pekerjaan istrinya di dapur.
Selain itu dikisahkan bahwa beliau tidak pernah merasa canggung dan
merasa jijik makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin.
Beliau adalah seorang yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau
ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya
diam dan tidak marah.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat
berjemaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap kali beliau berpindah
rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Selepas shalat, salah
seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya,
“Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah
baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya
Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab
Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh,
kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami
yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun
terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah di lilit oleh
sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar.
Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap
kali tubuh Rasulullah SAW bergerak.
Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda
menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk
tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para
sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa
jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban
bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar
kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.
SIFAT DAN AKHLAK RASULULLAH S.A.W / CIRI-CIRI
FISIK
Diriwayatkan oleh Ya’kub bin al-Fasawy dari Hassan bin Ali r.a, dia
berkata, “Pernah aku tanyakan kepada bapa saudaraku yang bernama Hindun bin
Abi Haala kerana dia adalah seorang yang pandai sekali dalam menyifatkan
tentang peribadi Rasulullah SAW, dan aku sangat senang sekali mendengarkan
sifat Rasulullah SAW untuk aku jadikan bahan ingatan.
Maka katanya, “Rasulullah SAW adalah agung dan diagungkan, wajahnya
berkilauan bagaikan bulan purnama, tingginya cukup (tidak pendek dan tidak
jangkung), dadanya lebar (bidang), rambutnya selalu rapi dan terbelah di
tengahnya, rambutnya panjang sampai pada ujung telinganya, dan berambut lebat
dan ikal, di antara kedua alisnya ada urat yang dapat dilihat pada waktu
Baginda sedang marah, hidungnya mancung.
Janggutnya (jambang) lebat, bola matanya sangat hitam sekali, kedua
pipinya lembut (halus), mulutnya bagus dan manis, giginya putih bersih dan
jarang, pada dadanya tumbuh bulu halus, lehernya indah seperti berkilauan saja,
bentuknya sedang, agak gemuk dan gesit (lincah), antara perut dan dadanya sama
(tegak), dadanya lebar, di antara dua bahunya melebar, tulangnya besar,
kulitnya bersih, antara dada sampai ke pusarnya ditumbuhi bulu halus seperti
garis, pada kedua teteknya dan pada perutnya tidak ada bulu, sedangkan pada
kedua hastanya dan kedua bahunya dan pada dadanya ditumbuhi bulu, lengannya
panjang, telapaknya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan
kakinya tebal berisi daging, panjang hujung jarinya, rongga telapak kakinya
tidak terkena tanah apabila Baginda sedang berjalan, kedua telapak kakinya
lembut (licin) tidak ada lipatan dan kerutan.
Apabila berjalan derapan kakinya itu terangkat tinggi seolah-olah air
yang sedang jatuh (jalannya ringan, kakinya terangkat, tetapi tidak seperti
jalannya orang yang sombong), jalannya tunduk dan menunjukkan kehebatan,
apabila berjalan, maka jalannya agak cepat bagaikan dia turun dari tempat yang
tinggi, apabila menoleh, Baginda menolehkan seluruh badannya, matanya selalu
tertunduk ke bawah, dan pandangannya sentiasa memperhatikan sesuatu dengan
bersungguh-sungguh, selalu berjalan dengan para sahabatnya, dan selalu memulai
dengan salam apabila Baginda berjumpa dengan
sesiapa pun.”
sesiapa pun.”
KEBIASAAN RASULULLAH SAW
Kataku selanjutnya, “Terangkanlah kepadaku tentang kebiasaannya.”
Maka katanya, “Keadaan pribadi Rasulullah SAW itu biasanya tampak selalu kelihatan seolah-olah selalu berfikir, tidak pernah mengecap istirahat walau sedikit pun, tidak berbicara kecuali hanya apabila perlu, senantiasa diam, selalu memulai berbicara dan menutupnya dengan kalimat yang jelas, apabila sedang berbicara Baginda selalu memakai kalimat-kalimat yang banyak artinya (bijaksana), pembicaraannya itu tidak berlebihan ataupun kurang, lemah lembut budi pekertinya, tidak kasar, tetapi bukannya rendah, selalu mengagungkan nikmat Allah SWT walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak pernah mencela-Nya sedikit pun.
Maka katanya, “Keadaan pribadi Rasulullah SAW itu biasanya tampak selalu kelihatan seolah-olah selalu berfikir, tidak pernah mengecap istirahat walau sedikit pun, tidak berbicara kecuali hanya apabila perlu, senantiasa diam, selalu memulai berbicara dan menutupnya dengan kalimat yang jelas, apabila sedang berbicara Baginda selalu memakai kalimat-kalimat yang banyak artinya (bijaksana), pembicaraannya itu tidak berlebihan ataupun kurang, lemah lembut budi pekertinya, tidak kasar, tetapi bukannya rendah, selalu mengagungkan nikmat Allah SWT walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak pernah mencela-Nya sedikit pun.
RASULULLAH SAW APABILA DI LUAR
Kata Hassan selanjutnya, “Kemudian aku tanyakan kepada ayahku
bagaimanakah keadaan Rasulullah SAW apabila berada di luar.
Maka jawabnya, “Rasulullah SAW sentiasa menjaga lidahnya kecuali hanya
untuk berbicara seperlunya, apabila berbicara senantiasa berbicara dengan halus
(lemah-lembut) dan tidak pernah berbicara dengan kasar terhadap mereka, dan
senantiasa memuliakan terhadap orang yang terpandang (berkedudukan) dan
memperingatkan orang jangan sampai ada yang bertindak menyinggung perasaannya
dan perbuatannya. Kebiasaan Baginda selalu menanyakan keadaan
sahabat-sahabatnya, dan Baginda selalu memuji segala sesuatu yang baik dan
membenci segala sesuatu yang buruk.
Segala urusannya itu dibuatnya sebaik
mungkin. Tidak pernah Baginda lalai atau malas, demi menjaga jangan sampai
mereka melalaikan dan meremehkan. Segala sesuatu dipersiapkannya terlebih
dahulu, dan tidak pernah akan meremehkan (mengecilkan) kebenaran. Orang yang
paling terpandang menurut Rasulullah SAW ialah mereka yang paling baik
kelakuannya, orang yang paling mulia ialah mereka yang paling banyak bernasihat
(memberikan petunjuk) kepada orang lain, dan orang yang paling tinggi sekali
kedudukannya ialah orang yang selalu ramah-tamah dan yang paling banyak
menolong orang lain.”.
Kata Hasan, “Kemudian aku tanyakan tentang duduknya Rasulullah SAW.
Jawabnya, “Kebiasaan Rasulullah SAW tidak pernah duduk ataupun
berdiri melainkan dengan berzikir, tidak pernah menguasai tempat duduk dan Baginda
melarang seseorang untuk menguasai tempat duduk, dan apabila Baginda sampai
pada tempat orang yang sedang berkumpul maka Baginda duduk di mana ada tempat
terluang (tidak pernah mengusir orang lain dari tempat duduknya) dan Baginda
juga menyuruh berbuat seperti itu.
Baginda selalu memberikan kepuasan bagi
sesiapa saja yang duduk bersama Baginda, sehingga jangan sampai ada orang yang
merasa bahawa orang lain dimuliakan oleh Baginda lebih daripadanya. Apabila ada
yang duduk di majlisnya, Baginda selalu bersabar sampai orang itu yang akan
bangkit terlebih dahulu (tidak pernah mengusir teman duduknya).
Dan apabila ada yang meminta pada Baginda
sesuatu hajat maka Baginda selalu memenuhi permintaan orang itu, atau apabila
tidak dapat memenuhinya Baginda selalu berkata kepada orang itu dengan
perkataan yang baik. Semua orang selalu puas dengan budi pekerti Baginda
sehingga mereka selalu dianggap sebagai anak Baginda dalam kebenaran dengan
tidak ada perbedaan sekikit pun di antara mereka dalam pandangan Baginda.
Kemudian majlis Baginda itu adalah tempatnya
orang yang ramah-tamah, malu, orang sabar dan menjaga amanah, tidak pernah di
majlisnya itu ada yang mengeraskan suaranya, di majlisnya itu tidak akan ada
yang mencela seseorang jelek dan tidak akan ada yang menyiarkan kejahatan orang
lain. Di majlisnya itu mereka selalu sama rata, yang dilebihkan hanya ketakwaan
saja, mereka saling berlaku rendah diri (bertawadhu’) sesama mereka, yang tua
selalu dihormati dan yang muda selalu disayangi, sedangkan orang yang punya
hajat lebih diutamakan (didahulukan) dan orang-orang asing (ghorib) selalu
dimuliakan dan dijaga perasaannya.”
RASULULLAH SAW DI TENGAH PARA SAHABAT
Kata Hassan, “Maka aku tanyakan tentang keadaannya apabila Baginda
sedang berada di tengah-tengah para sahabatnya.
Jawabnya, “Rasulullah SAW sentiasa periang (gembira), budi pekertinya
baik, sentiasa ramah-tamah, tidak kasar maupun bengis terhadap seseorang, tidak
suka berteriak-teriak, tidak suka perbuatan yang keji, tidak suka mencaci, dan
tidak suka bergurau (olok-olokan), selalu melupakan apa yang tidak disukainya,
dan tidak pernah menolak permintaan seseorang yang meminta.
Beliau meninggalkan tiga macam perbuatan : Beliau tidak mau mencela seseorang atau menjelekkannya, dan tidak
pernah mencari-cari kesalahan seseorang, dan tidak akan berbicara
kecuali yang baik saja (yang bermanfaat).
Namun apabila Baginda sedang berbicara maka pembicaraannya itu akan
membuat orang yang ada di sisinya menjadi tunduk, seolah-olah di atas kepala mereka
itu ada burung yang hinggap. Apabila Baginda sedang berbicara maka yang lain
diam mendengarkan, namun apabila diam maka yang lain berbicara, tidak ada yang
berani di majlisnya untuk memutuskan pembicaraan Beliau.
Beliau sentiasa ikut tersenyum apabila sahabatnya tersenyum (tertawa),
dan ikut juga takjub (heran) apabila mereka itu merasa takjub pada sesuatu, dan
Baginda sentiasa bersabar apabila menghadapi seorang baru (asing) yang atau
dalam permintaannya sebagaimana sering terjadi.
Beliau bersabda, “Apabila kamu melihat ada orang yang berhajat maka
tolonglah orang itu, dan Baginda tidak mahu menerima pujian orang lain kecuali
dengan sepantasnya, dan Baginda tidak pernah memotong pembicaraan orang lain
sampai orang itu sendiri yang berhenti dan berdiri meninggalkannya.”
RASULULLAH SAW APABILA DIAM
Kata Hassan, “Selanjutnya aku tanyakan padanya bagaimanakah peribadi
Rasulullah SAW apabila Baginda diam.
Jawabnya, “Diamnya Rassulullah
SAW terbagi dalam empat keadaan : diam karena berlaku santun, diam karenaa
selalu berhati-hati, diam untuk mempertimbangkan sesuatu dan diam karena sedang
berfikir.
Adapun pertimbangannya berlaku untuk mempertimbangkan pendapat orang
lain serta mendengarkan pembicaraan orang lain, sedangkan pemikirannya selalu
tertuju pada segala sesuatu yang akan kekal dan sesuatu yang akan lenyap.
Pribadi Rasulullah SAW sentiasa berlaku santun dan sabar dan Baginda
tidak pernah membuat kemarahan seseorang dan tidak pernah membuat seseorang
membencinya, dan Baginda sentiasa berlaku hati-hati dalam segala perkara;
selalu suka pada kebaikan, dan berbuat sekuat tenaga untuk kepentingan dan demi
kebaikan mereka itu baik di dunia mahupun kelak di akhirat.”
Rasulullah SAW adalah suri teladan kita.
Beliau dijuluki sebagai The Living Quran (Alquran hidup). Dan ini diperkuat
oleh pernyataan Aisyah RA, ”Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran.” (HR Abu Dawud dan Muslim).
Sejak kecil Nabi Muhammad SAW hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan.
Rumah beliau di samping sebelah timur Masjid Nabawi, sangat kecil. Atapnya
rendah terbuat dari rumbia kurma yang bisa disentuh tangan karena pendeknya.
Di dalam rumah beliau nyaris tak ada perabot. Yang tampak hanya tempat
minum beliau yang terbuat dari kayu keras yang dipatri dengan besi dan sebuah
baju besi yang biasa dipakai beliau ketika berperang. Baju besi inipun konon
menjelang Nabi SAW wafat digadaikan kepada seorang Yahudi. Tempat tidur beliau
selembar tikar dari anyaman pelepah kurma.
Pernah seorang sahabat menawarkan tempat tidur yang lebih layak bagi
seorang Rasul Allah. Namun, beliau menjawab, ”Apalah artinya dunia bagiku …
bukankah engkau rela mereka memperoleh dunia sedangkan kita memperoleh
akhirat?” Begitulah gambaran kesederhanaan beliau yang tidak butuh dunia dan
tidak silau dengan gemerlapnya harta.
Rasulullah SAW juga sangat rendah hati. Walau seorang pemimpin agung,
beliau tidak mau disanjung dan dihormati serta dielu-elukan. Anas bin Malik RA
berkata, ”Para sahabat yang mau berdiri menyambut kehadiran Rasulullah,
tidak jadi berdiri, ketika tahu bahwa Rasulullah tidak mau dihormati seperti
itu.” (HR Ahmad).
Walau beliau sibuk dengan pekerjaannya, tapi jika mendengar azan, beliau
segera ke masjid. Belum pernah Rasulullah shalat di rumah kecuali shalat sunah.
Sifat Rasulullah yang lain ialah mudah berkomunikasi dengan siapa pun, berlaku
sopan, lemah lembut, sabar, tidak pernah marah walau disakiti, namun wajah
beliau akan berubah merah padam bila melihat kemungkaran atau hak-hak Allah diinjak-injak
dan dihina.
Sehingga, tidaklah berlebihan kalau Allah sendiri memujinya, ”Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS Al Ahzab [33]: 21).
AKHLAK RASULULLAH DIUNDANG MAKAN SEORANG
BUDAK
Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain, sebagaimana
diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang
budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang Rasul SAW karena diberi makanan
oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani
memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul SAW tapi malu tidak punya
apa-apa.
Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur
hidup dia belum mencicipinya dia teringat kepada Rasul SAW, aku ingin Rasul
datang mumpung ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi
makanan itu.
Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka
Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA seorang
budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka
datang Sang Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang sangat
enak dan mahal tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata para
sahabat :
“Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau
tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan
shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”…
Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan
itu walau ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat,
namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini,
hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan
bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang diharamkan
pada Rasulullah SAW.
Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana,
maka Rasul SAW berkata : “ Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan
sudah menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh
memakannya “, dan Rasul SAW pun memakannya.
Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para
fuqara’, itu makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik
Barirah dan Barirah tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah SAW ) tapi
menghadiahkannya kepadaku demikian indahnya Sayyidina Muhammad SAW,
Dalam suatu peperangan
Seorang musuh ( Da’thur ) dengan cara mengendap-endap akhirnya dapat
menghampiri Rasulullah yang sedang beristirahat. Dengan pedang terhunus musuh
berkata, “Siapa lagi yang dapat menyelamatkan engkau?”
Dengan tenang Rasulullah menjawab, “ALLAH!”
Tiba-tiba pedang terlepas dari tangannya, sebagai satu mukjizat ALLAH
pada Rasulullah. Maka Rasulullah pun mengambil pedang itu dan mengangkatnya ke
hadapan musuh dan bertanya,
“Siapa pula yang dapat menyelamatkan kamu
sekarang?”
“Tiada siapa-siapa lagi” jawabnya.
Lantas nabi pun memaafkannya. Sehingga karena itu orang tersebut berkata pada kawan-kawannya, “Aku baru kembali dari berjumpa sebaik-baik manusia.”
Jika dinilai bahwa Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua
bentuk sifat akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan
juga keluhuran akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah
meneguhkan Kenabian mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa
mereka semua adalah kekasih Allah SWT.
Rasulullah dan Pengemis Buta
Di sebuah sudut Kota Madinah, selalu mangkal seorang pengemis Yahudi
buta. Setiap orang yang mendekati, ia selalu berkata, “Wahai Saudaraku, jangan
engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai Rasul itu. Dia gila, pembohong, dan
tukang sihir. Jika kamu mendekatinya, dia akan memengaruhimu.”
Walau begitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi
Rasulullah selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi
pengemis itu. Rasulullah melakukan hal ini hingga wafat.
Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisyah, beliau bertanya, “Wahai
anakku, adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan?” Aisyah menjawab,
“Wahai ayah, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah yang belum ayah lakukan,
kecuali setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan
untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan.
Abu Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi,
pengemis marah sambil berteriak, “Siapa kamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku orang
yang biasa.” Pengemis membantah, “ Engkau bukan orang yang biasa datang.
Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah memegang dan mulutku tidak akan
susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum
menyuapkannya kepadaku.”
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.” Setelah pengemis Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Itulah salah satu bentuk keagungan seorang Muhammad. Kebaikannya dan
ketinggian akhlaknya tidak terbendung oleh kebencian dan cercaan. Bahkan, beda
keyakinan yang notabene merupakan hal yang paling esensial, menjadi lebur di
hadapan keluhuran hatinya. Ini sebuah cermin dan teladan yang sangat dibutuhkan
ketika saling pengertian, toleransi, dan objektivitas menjadi barang mahal.
AKHLAK RASULULLAH TERHADAP ANAK YATIM
Fajar 1 Syawal menyingsing, menandai berakhirnya bulan penuh kemuliaan.
Senyum kemenangan terukir di wajah-wajah perindu Ramadhan, sambil berharap
kembali meniti Ramadhan di tahun depan. Satu persatu kaki-kaki melangkah menuju
tanah lapang, menyeru nama Allah lewat takbir, hingga langit pun bersaksi, di
hari itu segenap mata tak kuasa membendung airmata keharuan saat berlebaran.
Sementara itu, langkah sepasang kaki terhenti oleh sesegukan gadis kecil di
tepi jalan.
“Gerangan apakah yang membuat engkau menangis anakku?” lembut menyapa
suara itu menahan beberapa detik segukan sang gadis.
Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara yang menyapanya, matanya masih
menerawang tak menentu seperti mencari sesosok yang amat ia rindui kehadirannya
di hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis lantaran tak memiliki baju yang
bagus untuk merayakan hari kemenangan.
“Ayahku mati syahid dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah,” tutur
gadis kecil itu menjawab tanya lelaki di hadapannya tentang Ayahnya.
Seketika, lelaki itu mendekap gadis kecil itu. “Maukah engkau,
seandainya Aisyah menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah bibimu, Ali sebagai
pamanmu, dan Hasan serta Husain menjadi saudaramu?” Sadarlah gadis itu bahwa
lelaki yang sejak tadi berdiri di hadapannya tak lain Muhammad Rasulullah SAW,
Nabi anak yatim yang senantiasa memuliakan anak yatim. Siapakah yang tak ingin
berayahkan lelaki paling mulia, dan beribu seorang Ummul Mukminin?
Begitulah lelaki agung itu membuat seorang gadis kecil yang bersedih di
hari raya kembali tersenyum. Barangkali, itu senyum terindah yang pernah
tercipta dari seorang anak yatim, yang diukir oleh Nabi anak yatim. Rasulullah
membawa serta gadis itu ke rumahnya untuk diberikan pakaian bagus, terbasuhlah
sudah airmata. Lelaki agung itu, shalawat dan salam baginya.
TIDAK DENDAM DENGAN MUSUH BAHKAN
MEMPERLAKUKAN MUSUH DENGAN BAIK
Sumamah adalah tokoh Hunaifiyah yang banyak membunuh para pemeluk agama
Islam. Namun pada akhirnya, ia tertangkap dan menjadi tawanan pihak muslim.
Tawanan itu pun diajukan ke hadapan Rasulullah. Segera setelah melihat Sumamah,
beliau memerintahkan para sahabat di sekelilingnya agar memperlakukannya dengan
baik. Sumamah sangat rakus bila makan, bahkan bisa melahap jatah makanan
sepuluh orang sekaligus tanpa merasa bersalah.
Setiap kali bertemu Nabi ia selalu mengatakan, “Muhammad! Aku telah
membunuh orang-orangmu. Jika kamu ingin membalas dendam, bunuh saja aku! Namun
jika kamu menginginkan tebusan, aku siap membayar sebanyak yang kamu inginkan.”
Rasulullah hanya mendengarkan ucapannya dan tidak mengucapkan sepatah
kata pun. Beberapa hari kemudian Rasulullah membebaskan Sumamah pergi. Setelah
melangkah beberapa jauh, Sumamah berhenti di bawah sebuah pohon. Ia selalu
berpikir, berpikir, dan berpikir. Kemudian ia duduk di atas pasir dan masih
tetap tidak habis pikir. Setelah beberapa lama ia bangkit, lalu mandi, dan
mengambil air wudlu, kemudian kembali menuju rumah Rasulullah. Dalam perjalanan
menuju rumah Rasulullah ia menyatakan masuk Islam.
Sumamah menghabiskan beberapa hari bersama Rasulullah dan kemudian pergi
ke Mekah untuk mengunjungi Ka’bah. Sesampainya di sana, Sumamah menyatakan
dengan suara lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Saat itu Mekah masih berada di bawah kekuasaan Quraisy. Orang-orang
menghampirinya dan mengepung. Pedang sudah terayun-ayun mengintai kepala dan
lehernya. Salah seorang dari kerumunan itu berkata, “Jangan bunuh dia! Jangan
bunuh dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai makanan dari Imamah kita
tidak akan hidup.”
Sumamah menimpali, “Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian telah sering
menyiksa Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah pada beliau dan
berdamailah dengannya! Kalau tidak, maka aku tidak akan mengizinkan satu biji
gandum pun dari Imamah masuk ke Mekah.”
Sumamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar menghentikan
suplai gandum ke Mekah. Bahaya kelaparan mengancam peduduk Mekah. Para penduduk
Mekah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad! Engkau
memerintahkan agar berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Kami adalah
kerabat saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan dengan cara
seperti ini?”
Seketika itu pula Rasulullah menulis surat
kepada Sumamah, memintanya untuk mencabut larangan suplai gandum ke Mekah.
Sumamah dengan rela hati mematuhi perintah tersebut. Penduduk Mekah pun selamat
dari bahaya kelaparan. Seperti yang sudah-sudah, setelah mereka kembali
menerima suplai gandum, mereka mulai mempersiapkan rencana busuk untuk
menyingkirkan Rasulullah.
Mengapa Sumamah masuk Islam? Sumamah masuk Islam karena ia mendapat perlakuan baik dari Rasulullah dan para sahabat. Padahal, saat itu Rasulullah punya kuasa untuk menghabisi nyawa Sumamah, baik dengan tangannya sendiri maupun melalui para sahabat. Kalaupun Sumamah dibunuh, wajar karena ia telah membunuh banyak orang dari kaum Muslim.
Namun, mengapa Rasulullah tidak berbalas dendam kepada Sumamah atas
banyaknya korban nyawa kaum Muslim? Di sinilah letak keluhuran budi Rasulullah.
Rasulullah tidak dendam dengan melakukan tindak kekerasan yang sama—seperti
yang pernah dilakukan oleh Sumamah terhadap kaum Muslim. Rasulullah justru
menunjukkan sikap baiknya dengan memberi makan—seperti yang disukai Sumamah.
Karena telah menaruh simpati yang dalam terhadap Rasulullah, ia masuk Islam dan
ia memenuhi permintaan Rasululah Saw untuk mencabut larangan suplai gandum bagi
penduduk Mekah.
Keluhuran budi Rasulullah Saw. tak diragukan lagi, baik terhadap kawan
maupun lawan. Beliau adalah sosok ideal yang layak kita tiru, tidak terkecuali
dalam dakwah. Dengan sikap lembutnya, beliau mampu menyuguhkan dakwah memikat.
Sejarah telah membuktikan kepada kita betapa Rasulullah Saw selalu berhasil
menaklukkan lawan bicara dan akhirnya mereka tertarik serta masuk Islam dengan
penuh kesadaran. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw. dapat kita rasakan
hingga hari ini di mana Islam mampu menembus pelosok dunia yang semakin
mengglobal.
Di antara akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT, ‘Aisyah menceritakan: Suatu
ketika ditengah malam ‘Aisyah merasa kehilangan Rasulullah ditempat tidurnya,
setelah diraba-raba, tidak ditemukan, ternyata dijumpainya beliau sedang
shalat. Usai shalat, ‘Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah Anda adalah orang yang
sudah dijamin oleh Allah dengan surgaNya, Anda juga ma’shum (terjaga dari
dosa), diampuni oleh Allah, namun kenapa anda terus melakukan shalat sampai
nyaris, kaki anda bengkak? Beliau menjawab: afala uhibba, an akuuna ‘abadan
syakuuraa (apakah aku tidak senang, kalau aku berpredikat sebagai hamba Allah
yang pandai bersyukur?).
Jadi, cara bersyukur Rasulullah adalah dengan mengabdi dan beribadah
kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana dengan kita, yang selalu
berbuat dosa ini?
Ibnu Umar juga pernah menanyakan kepada ‘Aisyah: “Ya ‘Aisyah!
beritahukan kepadaku hal-hal yang menakjubkan pada diri Rasullulah SAW yang
pernah engkau saksikan”. ‘Aisyah sambil menangis menjawab: “Kullu amrihi
kaana ‘ajaban” (semua urusan Rasulullah, semua hal ikhwal beliau sangat
mengagumkan). Suatu malam aku mendekati
beliau. Aku menjumpai beliau, kulitku besentuhan dengan kulit beliau,
kemudian beliau bekata: “Dzarinii ata’abbadu lirobbi ‘azza wajalla” (biarkan
aku beribadah kepada Tuhanku yang Maha perkasa. ‘Aisyah pun berkata: walloohi
inii uhibbu an ta’budalloh (sungguh demi Allah aku senang melihat engkau
mendekatkan diri kepada Allah untuk beribadah).
Selanjutnya diceritakan, Rasulullah pun kemudian turun mengambil air
wudlu, mempergunakan air secukupnya. Menjelang subuh dia bangkit untuk
menunaikan shalat qoblal fajar, beliau menangis sehingga dagunya basah, ketika
sujud beliaupun menangis sehingga tempat sujudnya basah.
Lalu beliau berbaring menunggu waktu subuh, beliau tetap menangis,
sampai bilal, sang muadzin datang memberitahukan bahwa waktu subuh telah
datang. Kemudian bilal melihat wajah Rasulullah bengkak, sembab. Dan bilal pun
bertanya: wahai baginda Rasul, mengapa anda menangis? Bukankah Allah
telah mengampuni segala dosa anda yang dahulu maupun yang akan datang. Beliau
menjawab: “Wahai Bilal, celakalah, mengapa aku tidak menangis, padahal malam
ini, Allah telah menurunkan kepadaku firmanNya (surat Ali-Imran ayat: 190)
“Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Kemudian Rasulullah bersabda: “sungguh celaka orang yang membacanya
tanpa memikirkan maknanya). Demikian secuil dari akhlak Rasulullah terhadap
Allah SWT.
SELALU MENYENANGKAN DAN MENGHORMATI ORANG
MISKIN
Pada satu hari, hadir di dalam satu majlis makan seorang fakir yang
hitam legam kulitnya. Berkudis badannya. Para sahabat nampaknya kurang senang
dan bimbang kalau-kalau si fakir ini duduk bersebelahan dengan mereka.
Tetapi apa reaksi Rasulullah s.a.w? Baginda bangun dan pegang tangan si
fakir, dipimpin dan dibawa masuk ke dalam majlis dan dibawanya duduk
betul-betul bersebelahan dengan baginda. Maka makanlah baginda dengan si fakir
itu bersama-sama. Begitulah rendah diri dan tawadhuknya baginda terhadap
manusia. Walhal nama baginda diletakkan di sisi nama Allah, selaku manusia yang
paling dikasihi oleh Allah.
Hingga kini nama itu masih disebut dan dilaungkan di seluruh dunia
setiap waktu dan setiap masa. Namun begitu hatinya tetap merasakan dirinya
hamba Allah yang hina. Tidak sedikit pun rasa sombong, angkuh dan takabbur.
Sebab itu baginda boleh memegang tangan si fakir yang kotor dan busuk itu untuk
duduk bersebelahan dengan baginda. Itulah akhlak yang menjadi contoh dan
tauladan kita.
Rasulullah s.a.w pernah dicaci maki, dihalau dan dilontar dengan batu
hingga mengalir darah meleleh hingga ke kakinya oleh kaum Thaqif di Taif.
Mereka itu marah dengan Rasulullah karena baginda mengajak mereka kepada agama
Islam.
Maka berlarilah Rasulullah s.a.w berlindung di sebalik bukit
menyembunyikan diri. Kemudian turunlah malaikat berkata kepada baginda : “Wahai
kekasih Allah, katakan apa saja untuk kami lakukan terhadap kaum ini?. Maka
Jawab baginda dengan jawaban yang tidak pernah diduga oleh siapapun. Kata-kata
yang lahir daripada jiwa yang benar-benar mulia lagi suci. Inilah akhlak
baginda yang mesti menjadi panutan kita.
Baginda memaafkan kesalahan orang yang menzalimi baginda dengan katanya
: “Wahai Tuhan! Berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui.”
Begitulah baiknya Rasulullah s.a.w. Orang yang menyakitinya pun di
doakannya.
HANYA ORANG-ORANG KAFIR YANG TIDAK PUNYA AKAL
SAJA YANG SELALU MEMBENCI NABI MUHAMMAD SAW
Tapi masih ada juga orang-orang kafir terutama orang-orang Kristen yang
menolak riwayat nabi Muhammad seperti yang baru saja kita baca diatas. Mereka
mengatakan cerita itu palsu perlu dikritisi, itu hanya buatan orang-orang yang
melebih-lebihkan nabinya.
Perlu orang-orang kafir terutama orang-orang Kristen ketahui, riwayat
tentang kehidupan nabi Muhammad SAW dicatat oleh para sahabatnya yang
memang hidup dan selalu mendampingi nabi
Muhammad sampai nabi Muhammad wafat. Jadi riwayat tentang pribadi nabi Muhammad
SAW diceritakan atau diriwayatkan kembali oleh sahabat-sahabat beliau sendiri
yang sudah kita kenali kejujurannya, keikhlasanya, dan kesetiaannya kepada
Baginda nabi Muhammad SAW.
Sebaliknya, orang-orang Kristen tidak punya rasa malu sedikitpun sok
pintar nekat mencoba mengkritisi riwayat nabi MuhammadSAW, padahal yang
seharusnya mereka kritisi itu adalah alkitab mereka sendiri yang isinya
menceritakan tentang kehidupan Yesus.
Orang-orang Kristen rupanya sudah lupa kalau penulis-penulis Injil itu
bukan murid-murid Yesus, juga bukan orang yang hidupnya semasa dengan Yesus.
Para penulis Injil justru tidak pernah berjumpah dengan Yesus walau hanya
sedetikpun. Mereka hanya mengarang cerita tentang kehidupan Yesus dari sumber
yang tidak jelas. Tidak ada satupun sumber cerita itu menyebutkan darimana
mereka mendapatkan cerita tentang Yesus tersebut. Mereka penulis Injil hanya
menyebutkan sumbernya dari yang disebut “Pelayan Firman” siapa pelayan firman
itu?
Seperti Lukas mencatat sumber yang ia jadikan rujukan untuk menulis
injil adalah dari sumber yang tidak jelas, baca Lukas 1 : 1 – 2
1. Teofilus
yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,
2. seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Dalam Injil karang Lukas, sumber yang ia jadikan rujukan hanya tiga
sumber yaitu: mereka, saksi mata, pelayan firman…!
Siapakah mereka?, siapakah saksi mata? Dan siapakah pelayan
firman?
Seharusnya orang-orang Kristen mengkritisi sumber-sumber yang tidak
jelas ini, bukannya malahan sok mengkritisi keyakinan umat Islam. Dalam agama
Islam kalau riwayat yang disampaikan oleh para sahabat nabi dan langsung kepada
nabi Muhammad itu namanya hadits yang masyhur atau hadits yang Shahih. Lalu apa
yang dimaksud dengan hadits Shahih itu:
Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung langsung dari para
Sahabat nabi kepada nabi Muhammad SAW.
2. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil,
memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga
muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya, dan seumur hidupnya tidak pernah
berbohong atau berbuat maksiat.
3. Matannya tidak mengandung
kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak
nyata yg mencacatkan hadits.
Sedangkan yang disebut Hadits Dhaif dan
Hadits Maudu, adalah :
1. Hadits Dhaif : adalah hadits lemah, ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung kepada nabi Muhammad, dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau
diriwayatkan oleh orang yang tidak dikenal, atau mengandung kejanggalan atau
cacat.
2. Hadits Maudu, bila hadits dicurigai palsu atau
buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan
berdusta.
Sekarang kitab Injil umat Kristen masuk katagori yang mana kalau
dikritisi lewat kacamata ilmu Hadits..?
Baginda yang sedemikian baik akhlaknya, beliau selalu menghormati dan
memuliakan siapapun orangnya baik itu para sahabatnya ataupun orang itu
musuhnya Baginda selalu penuh rasa santun dan hormat terhadap mereka.
Tapi kita tidak perlu heran kalau ada orang-orang yang tetap membenci
Baginda nabi Muhammad SAW. Ketika beliau mulai berdakwah menyampaik an risalah
dari Tuhannya saat itu pula cacimaki, hinaan, hujatan terhadap beliau tidak
pernah berhenti dan sampai sekarang ini.
Hujatan yang sekarang ini munculnya dari mulut musuh-musuhnya yang tidak
pernah beliau kenal. Seperti sekarang ini orang-orang Kristen menghina nabi
Muhammad SAW lewat internet, dengan hujatan, cacian, hinaan yang hanya pantas
dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak punya adab dan tidak punya akal.
Justru perbuatan mereka itu membuka aib mereka sendiri, karena hanya
orang-orang yang pendengki saja yang berani berbuat seperti itu, bahkan orang
bisa menilai agama apa yang mendidik mereka melontarkan kata-kata kotor, dan
hujatan yang tidak pantas ditujuhkan kepada siapapun, sekalipun ditujuhkan
kepada Iblis dan hewan.
Orang-orang Kristen menuduh nabi Muhammad nabi palsu, tapi mereka lupa
kalau dunia justru berhutang budi terhadap nabi Muhammad yang membawa berita
dari langit untuk menginformasikan
tentang ilmu pengetahuan.
Orang-orang Kristen, menuduh nabi Muhammad SAW Pedofilia, karena
mengawini Aisyah yang masih berumur 6 tahun. Padahal, cerita itu adalah cerita
palsu buatan orang-orang Syi’ah yang memang sangat membenci Aisyah. Jawaban
tentang pernikahan nabi Muhammad dengan Aisyah, silahkan baca di,
eros-dai.blogspot.com/anti pemurtadan.
Dan banyak lagi cacian, hujatan dari orang-orang Kristen yang sangat
membenci Islam dan pribadi nabi Muhammad SAW. Yang herannya, nabi Muhammad
tidak pernah merugikan mereka!, nabi Muhammad tidak pernah menggangu mereka dan
keluarga mereka!, nabi Muhammad tidak pernah memusuhi mereka atau menyusahkan
mereka apalagi berhutang dengan mereka! Tapi orang-orang Kristen kenapa
mati-matian memusuhi nabi Muhammad dan agama yang beliau bawa? Inilah bukti
kebatilan selalu bermusuhan dengan kebenaran, dan kebenaran pasti menang dan kebatilan
pasti kalah, buktikan…!
Untuk membuktikan kebenaran nabi Muhammad SAW, sekalipun dia dihujat,
dicacimaki, baik lewat internet, baik lewat TV barat, baik lewat buku-buku yang
jumlahnya ratusan. Tapi lihatlah, sampai hari ini pengikut nabi Muhammad sudah
melebihi 2 milyar manusia.
Kalau nabi Muhammad itu mengajarkan keburukan, katakanlah seperti
tuduhan barat, Teroris, kejam dan sadis, gila sex, pembantaian terhadap
manusia, dan lain-lain. 100% pasti agama yang dibawa nabi Muhammad tidak akan
pernah sampai kepada kita disini. Pasti agama yang dibawa nabi Muhammad sudah
hancur dan tidak akan pernah berkembang.
Kenyataannya, Islam berkembang begitu pesat, baik di Amerika, Prancis,
Jerman, Australia, dan dimana-mana didunia barat sudah menerima Islam sebagai
pedoman hidup mereka. Ingat kebenaran itu akan selalu mengalahkan kebatilan..!