Tulisan
ini mencoba meluruskan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. yang
telah berabad-abad lamanya diyakini secara tidak rasional. Dan efeknya,
orientalis Barat pun memanfaatkan celah argumen data pernikahan ini sebagai
alat tuduh terhadap Rasulullah dengan menganggapnya fedofilia. Mari kita
buktikan. Secara keseluruhan data-data yang dipaparkan tulisan ini diambil dari
hasil riset Dr.M. Syafii Antonio dalam bukunya, Muhammad SAW The Super Leader
Super Manager (2007)
Memang riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. Ketika Aisyah berumur 6
tahun dan serumah saat Aisyah sudah berumur 9 tahun, merupakan riwayat yang
sangat terkenal baik dikalangan umat Islam sendiri, apalagi dikalangan umat
Kristen. Orang-orang Kristen, apalagi kelompok orientalis selalu
menjadikan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah sebagai senjata untuk
menghujat dan melecehkan Rasulullah SAW. Setiap buku-buku yang ditulis oleh
orientalis pasti tidak ketinggalan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah
selalu menjadi andalan untuk mencuci otak umat Islam yang awam, agar mereka
ragu atas kenabian Muhammad SAW.
Kualitas
Hadits
Alasan pertama. Hadits terkait umur Aisyah saat
menikah tergolong problematik alias dho’if. Beberapa riwayat yang menerangkan
tentang pernikahan Aisyah dengan Rasulullah yang bertebaran dalam kitab-kitab
Hadits hanya bersumber pada satu-satunya rowi yakni Hisyam bin ‘Urwah yang
didengarnya sendiri dari ayahnya. Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya
yang pernah menyuarakan tentang umur pernikahan ‘Aisyah r.a tersebut. Bahkan
tidak oleh Abu Hurairah ataupun Malik bin Anas. Itu pun baru diutarakan Hisyam
tatkala telah bermukim di iraq.
Hisyam pindah bermukim ke negeri Iraq dalam umur 71
tahun. Mengenai Hisyam ini, Ya’qub bin Syaibah berkata: “Apa yang dituturkan
oleh Hisyam sangat terpercaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah
pindah ke Iraq.” Syaibah menambahkan, bahwa Malik bin Anas menolak penuturan
Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Iraq. (Ibn Hajar Al-Asqalani, Tahzib
al-Tahzib. Dar Ihya al-Turats al-Islami, Jilid II, hal. 50) Termaktub pula
dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi Hadits, bahwa tatkala Hisyam
berusia lanjut ingatannya sangat menurun (Al-Maktabah Al-Athriyah, Jilid 4,
hal. 301). Alhasil, riwayat umur pernikahan Aisyah yang bersumber dari Hisyam
ibn ‘Urwah, tertolak.
Urutan Peristiwa Kronologis
Alasan
kedua. Terlebih dahulu perlu diketahui peristiwa-peristiwa penting secara
kronologis ini:
Pra-610
M : Zaman Jahiliyah
610
M : Permulaan Wahyu turun
610
M : Abu Bakar r.a. masuk Islam
613
M : Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615
M : Umat Islam hijrah I ke Habsyah
616
M : Umar bin al-Khattab masuk Islam
620
M : Aisyah r.a dinikahkan
622
M : Hijrah ke Madinah
623/624
M : Aisyah serumah sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Al-Thabari,
Keempat Anak Abu Bakar Ra. Dilahirkan Oleh Isterinya Pada Masa Jahiliyah. Artinya
Sebelum 610 M.
Jika ‘Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti
‘Aisyah lahir tahun 613 M. Padahal menurut Al-Thabari semua keempat anak Abu
Bakar ra. lahir pada zaman Jahiliyah, yaitu sebelum tahun 610. Jadi kalau
Aisyah ra. Dinikahkan sebelum 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas
10 tahun dan hidup sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di
atas 13 tahun. Kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa pastinya beliau
dinikahkan dan serumah? untuk itu kita perlu menengok kepada kakak perempuan
Aisyah ra. yaitu Asma.
Perhitungan
Umur Aisyah :
Menurut Abdurrahman ibn Abi Zannad, “Asma 10 tahun
lebih tua dari Aisyah ra.” (At-Thabari, Tarikh Al-Mamluk, Jilid 4, hal. 50.
Tabari meninggal 922 M) Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Asma hidup hingga usia
100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah (Al-Asqalani, Taqrib
al-Tahzib, hal. 654). Artinya, apabila Asma meninggal dalam usia 100 tahun dan
meninggal pada tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun
pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) – 10 = 17 atau 18 tahun
pada waktu Hijriyah. Dengan demikian berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga
dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun.
Pembenaran-Pembenaran
Yang Dipaksakan Itu Adalah:
Menganggap pernikahan itu adalah wajar pada masa
itu. Pernikahan tersebut menunjukan bahwa Aisyah ra. sudah matang berumah
tangga sejak kecil dan merupakan kehebatan Islam dalam membentuk kedewasaan
seorang anak. Bagaimanapun, penjelasan diatas tidak bisa diterima begitu saja
oleh akal sehat. Hanya orang-orang naif yang mempercayai jawaban itu dan secara
tidak langsung terus menerus mengkampanyekan pernikahan Aisyah ra. saat berumur
6 tahun. Akibatnya, fitnah besar telah datang terhadap kehormatan diri Rasulullah
yang suci, pribadi yang maksum, teladan umat Islam. Fitnah tersebut adalah
bahwa seorang Nabi telah menikahi anak perempuan di bawah umur, melucuti
pakaian dan meniduri anak-anak yang masih lucu-lucunya sambil memegang
bonekanya. Belum lagi tuduhan pedofilia yang di lancarkan musuh-musuh Islam
terhadap Rasulullah s.a.w. Naudzubullahi min dzalik.
Sebagian umat Islam bungkam atas kebenaran yang
dipaksakan ini, lalu mereka membuat pembenaran dengan cara yang dipaksakan pula
agar pembenaran tersebut terlihat logis. Anda tentu tidak akan menikahkan anak
perempuan anda yang berumur 6 tahun demi menjalankan sunnah rasul. Tidak benar
bahwa Aisyah menikah ketika berumur 6 tahun. Itu fitnah yang sangat keji.
Seorang ulama besar hindustan diabad 20, Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui
Al-Kandahlawi karena kecintaannya kepada pribadi Nabi muhammad, telah mengkaji
secara mendalam umur Aisyah ra. Dan men-tahqiq hadist yang disahihkan oleh
Bukhari-Muslim dalam kitab-nya yang berjudul “Umur Aesyah?”.
Tentang umur Aisyah ra. banyak ahli sejarah yang
menyampaikan pendapatnya. Ada yang mengatakan 9 tahun, 14 tahun, namun
kebanyakan berpegang pada kitab Sahih Bukrori-Muslim yang menyebutkan Aisyah
berumur 6 tahun saat menikah. Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah s.a.w
menikahiku pada saat aku berusia enam tahun dan beliau menggauliku saat berusia
sembilan tahun. Aisyah ra. melanjutkan: Ketika kami tiba di Madinah, aku
terserang penyakit demam selama sebulan setelah itu rambutku tumbuh lebat
sepanjang pundak. Kemudian Ummu Ruman datang menemuiku waktu aku sedangbermain
ayunan bersama beberapa orang teman perempuanku. Ia berteriak memanggilku, lalu
aku mendatanginya sedangkan aku tidak mengetahui apayang diinginkan dariku.
Kemudian ia segera menarik tanganku dan dituntun sampai di muka pintu. Aku
berkata: Huh.. huh.. hingga nafasku lega.
Kemudian Ummu Ruman dan aku memasuki sebuah rumah
yang di sana telah banyak wanita Ansar. Mereka mengucapkan selamat dan berkah
dan atas nasib yang baik. Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka sehingga
mereka lalu memandikanku dan meriasku, dan tidak ada yang membuatku terkejut
kecuali ketika Rasulullah s.a.w datang dan mereka meyerahkanku kepada beliau .
[Bukhari-Muslim No. 69 (1442)]
Makna yang sama tercatat juga dalam kitab Sahih
Bukhari Volume 5, buku-58 nomor 238. Dan masih banyak lagi di dalam hadist
dalam kitab Bukhari-Muslim yang mencatat cerita Aisyah ra. ini, dimana memuat 3
informasi penting, yaitu: (1) Aisyah ra. di nikahi saat berumur 6 tahun, (2)
berumah tangga saat berumur 9 tahun, (3) saat dirinya di serahkan kepada
Rasulullah, Aisyah sedang bermain-main ayunan.
Hadist
Umur Aisyah Ra. Tidak Shahih
Hz. Maulana Habibur
Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mencatat keganjilan pada hadis-hadist yang
menyebut umur Aisyah ra. Bukti-bukti dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama
Islam berselisih tentang perawi hadist tersebut riwayatnya bersumber dari
Aisyah ra. atau-kah pengamatan Urwah bin Zubair. Tapi yang pasti, bukan
kata-kata Rasulullah s.a.w. Jika ini adalah kata-kata Urwah bin Zubair, maka
itu bukanlah hadist dan hanya sekedar dongeng serta tidak memiliki implikasi
apapun terhadap syariah.
Namun jika ini perkataan Aisyah ra., setelah
dicermati, semua hadist
tersebut perawinya tersambung kepada Hisyam bin Urwah dari bapaknya Urwah bin Zubair yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Hanya dari garis itu saja, hanya Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubair! Tidak ada yang lain. Tidak ada sahabat-sahabat nabi lainnya menceritakan umur Aisyah ra. saat menikah. Hanya ada Hisyam bin Urwah!
tersebut perawinya tersambung kepada Hisyam bin Urwah dari bapaknya Urwah bin Zubair yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Hanya dari garis itu saja, hanya Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubair! Tidak ada yang lain. Tidak ada sahabat-sahabat nabi lainnya menceritakan umur Aisyah ra. saat menikah. Hanya ada Hisyam bin Urwah!
Ada apa dengan Hisyam bin Urwah? Dan siapa Urwah
bin Zubair?
Tentang Hisyam bin Urwah, dua ulama besar pernah menjadi muridnya, yaitu Imam Malik dan Imam Hanafi. Hadist tentang pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ini tidak tercatat dalam kitab Muwatta yang di tulis oleh muridnya Hisyam bin Urwah, yaitu Imam Malik. Hadist ini juga tidak tercatat di kitab-kitab yang ditulis oleh Abu Hanifah, sedangkan Abu Hanifah adalah murid Hisyam bin Urwah.
Tentang Hisyam bin Urwah, dua ulama besar pernah menjadi muridnya, yaitu Imam Malik dan Imam Hanafi. Hadist tentang pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ini tidak tercatat dalam kitab Muwatta yang di tulis oleh muridnya Hisyam bin Urwah, yaitu Imam Malik. Hadist ini juga tidak tercatat di kitab-kitab yang ditulis oleh Abu Hanifah, sedangkan Abu Hanifah adalah murid Hisyam bin Urwah.
Imam Malik sendiri sebagai murid Hisyam bin Urwah
pernah berkata dalam kitab Muwatta menyatakan bahwa: Hisyam layak dipercaya
dalam semua perkara, kecuali setelah dia tinggal di Iraq. Imam Malik sangat
tidak rela dan tidak setuju Hisyam bin Urwah dikatakan sebagai perawi Hadist.
Tehzib al-Tehzib, merupakan buku yang membahas mengenai kehidupan dan
kridibilitas perawi hadis-hadits nabi saw, menulis Hadist-hadist
yang bersanad oleh Hisham bin Urwah adalah shahih kecuali hadis-hadisnya yang
diterima oleh Hisyam bin Urwah dari riwayat yang disampaikan oleh
orang-orang dari Iraq.
Ibnu Hajar mengatakan, Penduduk Madinah menolak
riwayat Hisyam bin Urwah yang ia dengar dari ceritak orang-orang Iraq. Dalam
kesempatan lain Ibnu Hajar mengatakan tentang Hisyam bin Urwah sebagai seorang
Mudallis. Yaqub bin Abi Syaibah berkata: Hisyam adalah orang yang tsiqoh
(terpercaya), tidak ada riwayatnya yang dicurigai, kecuali setelah ia tinggal
di Irak. Cukup mengejutkan setelah kita mengetahui bahwa para perawi hadist
umur Aisyah ra. semuanya penduduk Iraq.
Dari
Orang-Orang Kufah, Iraq:
Sufyan bin Said Al-Thawri Al-Kufi, Sufyan bin ?,
Ainia Al-KufiAli
bin Masher Al-Kufi, Abu Muawiyah Al-Farid Al-Kufi, Waki bin Bakar
Al-Kufi, Yunus bin Bakar Al-Kufi, Abu Salmah Al-Kufi, Hammad bin Zaid Al-Kufi, Abdah bin Sulaiman Al-Kufi
bin Masher Al-Kufi, Abu Muawiyah Al-Farid Al-Kufi, Waki bin Bakar
Al-Kufi, Yunus bin Bakar Al-Kufi, Abu Salmah Al-Kufi, Hammad bin Zaid Al-Kufi, Abdah bin Sulaiman Al-Kufi
Dari Penduduk Basrah, Iraq:
Hammad bin Salamah Al-Basri, Jafar bin Sulaiman
Al-Basri, Hammad bin Said Basri, Wahab bin Khalid Basri
Itulah
orang-orang yang meriwayatkan hadist umur Aisyah ra dari Hisyam bin Urwah.
Hisyam hijrah ke Iraq ketika berumur 71 tahun. Adalah aneh jika selama hidupnya
Hisyam bin Urwah tidak pernah menceritakan hadist ini kepada murid-muridnya
seperti Imam Malik dan Imam Hanafi dan sahabat-sahabatnya di Madinah selama 71
tahun tinggal di Madinah.
Justru ia menceritakan hadist ini ketika hari tua
menjelang ajalnya kepada orang-orang Iraq. Lebih aneh lagi ketika kita
mengetahui bahwa tidak ada penduduk Madinah atau Mekkah yang ikut meriwayatkan
hadist tersebut. Bukankah Madinah adalah tempat dimana Aisyah ra. dan
Rasulullah s.a.w pernah tinggal, serta tempat dimana penduduk Madinah
menyaksikan waktu dimana Aisyah ra. mulai berumah tangga dengan Rasulullah
s.a.w. Lalu mengapa orang-orang Iraq yang memiliki hadist ini? Sesuatu yang
aneh bukan?
Jadi kesimpulannya jelas, hadist umur Aisyah ra.
saat menikah diceritakan hanya oleh orang-orang Irak dari Hisyam bin Urwah.
Hisyam bin Urwah mendapatkan hadist ini dari bapaknya, Urwah bin Zubair. Ibnu
Hajar menyebut tentang Urwah bin Zubair seorang nashibi (orang yang membenci
ahlul bait). Menurut Ibnu Hajar, seorang nashibi riwayatnya tidak di percaya.
Kita tidak perlu meragukan nasihat dan ilmu yang
dimiliki Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Madinah. Namun kita perlu
memperhatikan pendapat ulama-ulama salaf yang menolak semua hadist yang di
riwayatkan Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Iraq. Lalu bagaimana bisa
Bukhari Muslim mencatat hadist ini dalam shahihnya?
Imam Bukhori Dan Muslim
Tidak Mempersoalkan Perawi Hadits Tentang Umur Aisyah Ketika Menikah Dengan
Rasulullah, Karena Dianggap Bukan Hadits Nabi, Hanya Riwayat Dari Sahabat
Salah satu prinsip ulama hadist yang dinukilkan
oleh Baihaqi adalah:
Apabila kami meriwayatkan hadis mengenai halal dan haram dan perintah dan larangan, kami menilai dengan ketat sanad-sanad dan mengkritik perawi-perawinya, akan tetapi apabila kami meriwayatkan tentang fazail (keutamaan) , pahala dan azab, kami mempermudahkan tentang sanad dan berlembut tentang syarat-syarat perawi.(Fatehul-Ghaith, ms 120)
Apabila kami meriwayatkan hadis mengenai halal dan haram dan perintah dan larangan, kami menilai dengan ketat sanad-sanad dan mengkritik perawi-perawinya, akan tetapi apabila kami meriwayatkan tentang fazail (keutamaan) , pahala dan azab, kami mempermudahkan tentang sanad dan berlembut tentang syarat-syarat perawi.(Fatehul-Ghaith, ms 120)
Disinilah letak masalahnya. Umur Aisyah memang
digampangkan kritik perawinya karena dipandang bukan bab penting mengenai halal
atau haram suatu syariah. Para ulama hadist mengabaikan kesilapan dan kelemahan
perawi dalam hadist Umur Aisyah karena umur tersebut dianggap tidak penting.
Mereka tidak memeriksa perawinya secara terperinci. Dan tidak membayangkan
kalau cerita ini justru menghina Rasulullah saw. Kemudian menjadi senjata bagi
kaum Kristen untuk melecehkan dan menghina nabi Muhammad SAW.
Ibnu Hajar membela Bukhari tidak mungkin tersilap
dalam mengambil perawi. Namun dengan kesal Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui
Al-Kandahlawi mengatakan bahwa semua riwayat Hisyam setelah tinggal di Iraq
tidak bisa diterima. Mengenai tidak diterimanya Hisyam setelah di tinggal Irak,
Ibnu Hajar mengakui bahwa penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam. Mengenai
ini, saya berpendapat Ibnu Hajar dan Imam Bukhari tidak menyadari keputusannya
mempermudah sanad dan berlemahlembut dalam syarat perawi pada hadist umur
Aisyah ra. Telah menciderai kepribadian Rasulullah beberapa abad kemudian. Saya
tidak menampik keluasan ilmu kedua ulama besar tersebut, tapi kita yang hidup
jaman sekarang patut meluruskan hadist tersebut.
Ketidaktelitian riwayat Hisyam ini memang tidak
mengalami masalah di jaman dulu, namun berakibat buruk saat ini. Di abad ke 20
ini, tanpa disadari oleh ulama-ulama hadist di jaman dulu, masalah umur Aisyah
ra. telah menjadi fitnah yang keji terhadap pribadi Rasulullah s.a.w. Fitnah
ini tanpa sadar diiyakan oleh umat Islam sambil terseok-seok mencari
pembenarannya. Alhamdulillah, fitnah ini telah diluruskan oleh Hz. Maulana
Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi yang men-tahqiq hadist Bukhari tersebut.
Setelah kita mengetahui bahwa hadist tentang umur
Aisyah ra. Saat menikah dengan Rasulullah s.a.w adalah hadist yang dhaif atau
di-dhaifkan, maka sudah sepantasnya umat Islam tidak lagi menulis atau
menyebutkan umur Aisyah ra. saat menikah dengan Rasulullah adalah 6 tahun dan
berumah tangga umur 9 tahun, itu suatu penghinaan terhadap kemuliaan dan
kesucian junjungan kita nabi Muhammad saw.
Seorang ahli hadits, termasuk guru saya, beliau
masih saja berpegang kepada hadits riwayat Hisyam bin Urwah ini.
Setelah berdebat dengan saya beberapa waktu, akhirnya dia ikut
mengakui bahwa memang hadits Hisyam bin Urwah yang meriwayatkan Aisyah berumur
6 tahun saat menikah dengan Rasulullah adalah hadits palsu, setelah saya
selidiki dengan cermat, katanya.
Masih banyak ustadz-ustadz, kiyai-kiyai, ulama yang
percaya dengan hadits dari Hisyam bin Urwah ini, bahkan mereka bangga nabi
mereka menikahi Aisyah yang berumur 6 tahun, mereka sadar atau tidak sadar
sudah ikut menebarkan fitnah yang sangat keji terhadap nabi Muhammad saw dan
merendahkan kemuliaan nabi Muhammad saw yang katanya sangat mereka cintai.
Ditulis karena kecintaan yang sangat besar kepada
Ummul Mukminin Aisyah ra, Istri Rasulullah saw, putri Khalifah pertama umat
Islam, dan sumber periwayat hampir seper-empat hadist-hadist dan sunnah Rasul.
Sebagai Tambahan
Data-Data Berikut Dapat Digunakan Untuk Menganalisa Umur Aisyah Ra Saat Menikah
Dengan Rasulullah SAW.
DATA
1 : AISYAH DIPINANG NABI SAW
Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn
Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga
(tinggal bersama Nabi) pada usia 9 tahun. Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari
mengatakan: “Semua anak Abu Bakar ada 4 orang dilahirkan pada masa jahiliyah
dari 2 isterinya.” (Tarikhu’l-umam wa’l-mamlu’k, Al-Tabari (died 922), Vol.
4,p. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979).
Jika Aisyah dipinang pada 620M (Aisyah umur 7
tahun) dan berumah tangga (tinggal bersama Nabi) pada tahun 623/624M (usia 9
tahun), ini berarti bahwa Aisyah dilahirkan pada 613M (selepas zaman jahiliah).
Al-Tabari bertentangan dalam riwayat yang ia tulis sendiri, bahwa Aisyah seharusnya
dilahirkan ketika zaman jahiliah, iaitu sebelum tahun 610M.
Jika kita tetap mengunapakai penyataan Al-Tabari
bahawa Aisyah memang lahir di zaman jahiliyah yaitu sebelum 610M, artinya
Aisyah ketika tinggal bersama Nabi seharusnya paling tidak telah berusia 13
tahun, bukannya 9 tahun.
KESIMPULAN: Periwayatan
Al-Tabari mengenai umur Aisyah adalah tidak konsisten.
DATA
2 : PERBANDINGAN UMUR AISYAH DENGAN KAKAKNYA ASMA
Menurut Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d: “Asma lebih
tua 10 tahun dibanding Aisyah” (Siyar A`la’ma’l-nubala’, Al-Zahabi, Vol. 2, p.
289, Arabic, Mu’assasatu’l-risalah, Beirut, 1992).
Menurut Ibn Kathir: “Asma lebih tua 10 tahun dari
adiknya (Aisyah)” (Al-Bidayah wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar
al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).
Menurut Ibn Kathir: “Asma melihat pembunuhan
anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut riwayat
lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari
20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari
kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun” (Al-Bidayah
wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah,
1933)
Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: “Asma hidup sampai
100 tahun dan meninggal pada 73 atau 74 H.” (Taqribu’l-tehzib, Ibn Hajar
Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi’l-nisa’, al-harfu’l-alif, Lucknow).
Menurut sebahagian besar ahli sejarah, Asma,
saudara tertua Aisyah, berbeda umur 10 tahun dengan Aisyah. Jika Asma wafat
pada usia 100 tahun yaitu tanggal 73H/695M, Asma seharusnya berusia 27 tahun
ketika hijrah ke Madinah (622M).
Jika Asma berusia 27 tahun ketika hijrah ke Madinah
(622M), Aisyah pula seharusnya berusia 17 tahun ketika hijrah ke Madinah,
karena beda umur mereka 10 tahun. Dan mengikut kronologi diatas, maka Aisyah
mulai tinggal bersama-sama Nabi s.a.w pada tahun 623-624M/2H sekaligus
membuktikan Aisyah berusia 19 atau 20 tahun ketika pertama tinggal serumah
bersama Nabi s.a.w., dan bukannya 9 tahun.
Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda’l-Rahman ibn
abi zanna’d, terbukti usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan
Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun. Namun pada DATA 3 berikutnya Ibn Hajar akan
menentang sendiri pernyataannya itu.
DATA
3 : PERBANDINGAN UMUR AISYAH DENGAN FATIMAH
Menurut Ibn Hajar, “Fatima dilahirkan ketika Ka`bah
dibangun kembali atau direnovasi, ketika Nabi s.a.w berusia 35 tahun. Fatimah 5
tahun lebih tua dari Aisyah.” (Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar
al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).
Jika kenyataan Ibn Hajar adalah fakta, berarti
Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi s.a.w
pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.
KESIMPULAN: Ibn Hajar,
Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal bertentangan antara satu sama lain. Jelasnya
riwayat mengatakan Aisyah menikah pada usia 9 tahun tidak berdasar sama sekali.
DATA
4 : AISYAH BERTUNANGAN DENGAN JUBAIR MASA JAHILIYAH
Menurut sejarah, sebelum menikah dengan Nabi s.a.w,
Aisyah adalah tunangan dari Jubair ibn Mut‘im ibn Adi, seorang kafir. Setelah
datangnya Islam, ibu bapa Jubair bimbang anaknya akan dipaksa memeluk Islam
jika mau meneruskan perkahwinan, karena Aisyah telah memeluk Islam. Justru,
ibubapa Jubair telah mengambil keputusan untuk memutuskan pertunangan anak
mereka, selanjutnya Aisyah kemudian dinikahkan dengan Nabi s.a.w.
Satu fakta disini, ialah pertunangan Aisyah dengan
Jubair terjadi sebelum kedatangan Islam (jahiliyah). Karena setelah Islam
datang Aisyah pun memeluk Islam, persoalan ini dijadikan alasan oleh ibubapa
Jubair untuk memutuskan pertunangan mereka. Jadi jelas sekali bahwa pertunangan
Aisyah r.a dengan Jubair terjadi pada saat masa jahiliyah.
Tetapi, jika dilihat dari kronologi asal sejarah
seperti diatas, Aishah diketahui lahir pada tahun 614M, yaitu setelah
kedatangan Islam (610M). Karena itu, mana mungkin Aisyah lahir pada 614M
setelah kedatangan Islam, sedangkan fakta yang paling kuat membuktikan Aisyah
r.a pada masa jahiliyah sudah bertunangan dengan Jubair.
Jika Aisyah r.a lahir pada sebelum datangnya Islam,
artinya umur beliau pastilah melebihi 6 tahun ketika dipinang Nabi dan melebihi
dari 9 tahun ketika tinggal bersama Nabi. Apalagi sejak zaman jahiliyah
Aisyah r.a sudah bertunangan dengan Jubair, artinya Aisyah r.a sudah dewasa.
Apalagi ketika menikah dengan Nabi saw pastilah umur Aisyah r.a benar-benar
sudah cukup dewasa.
KESIMPULAN: Aisyah bukan
berumur 6 tahun ketika dipinang Nabi dan bukan juga 9 tahun ketika tinggal
bersama Nabi, pastilah Aisyah r.a sudah lebih dewasa.
DATA
5 : KEBIMBANGAN ABU BAKAR
Setelah Hijrah ke Madinah, Nabi saw belum juga
mengambil Aisyah menjadi isterinya. Ini yang menjadikan Abu Bakar bimbang,
kemudian Abu Bakar terpaksa bertanya kepada Nabi apa yang menjadi penyebab Nabi
belum juga menjadikan Aisyah r.a sebagai isterinya, kemudian Nabi
menjawab bahwa beliau tidak mempunyai mahar untuk diberikan kepada Aisyah ra.
Mendengar jawaban Nabi itu, Abu Bakar kemudian membayar sendiri mas kahwin
untuk keperluan Nabi yang akan diberikan kepada Aisyah ra.
Jika difikir secara logika, apa yang perlu
dibimbangkan oleh seorang ayah berkaitan dengan perkahwinan anak gadisnya yang
masih berusia 9 tahun? Justru berdasarkan kebimbangan Abu Bakar tersebut, lebih
wajar untuk menganggap bahwa Aisyah ketika itu sudah jauh lebih dewasa dan
bersedia untuk menikah, mungkin dalam usia 19 tahun, dibandingkan masih berusia
9 tahun.
DATA
6 : TAHUN KEWAFATAN AISYAH
Kebanyakan ahli sejarah sepakat bahwa Aisyah wafat
ketika berusia 67 tahun. Bahkan menurut Hisham ibn Urwah, cucu kepada Asma,
tahun kewafatan Aisyah adalah pada 50H / 672M.
Khalifa ibn al-Khayyat al-Usfuri dan Imam Ahmad ibn
Hanbal juga menyampaikan riwayat yang sama. Dengan kata lain, jika semua
ulama setuju beliau berusia 67 tahun pada 50H/672M, artinya Aisyah ra, telah
lahir pada tahun 605M, dan ketika Hijrah 622M beliau sudah berusia 17 tahun.
Ini sekali lagi membuktikan bahwa Aisyah ra, berusia 19 tahun ketika menikah
dan tinggal bersama Nabi pada 2H/624M, bukannya pada usia 9 tahun seperti yang
selama ini diceritakan oleh ulama dan orientalis.
KESIMPULAN: Aisyah berusia
19 tahun ketika menikah dan tinggal bersama Nabi s.a.w.
DATA
7 : TURUNNYA WAHYU SURAH AL-QAMAR
Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada
tahun kedelapan sebelum Hijrah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari,
Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda (jariyah dalam
bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir,
Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat ke-54 dalam al-Quran diturunkan pada tahun
kedelapan sebelum Hijrah (Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan
bahwa surah tersebut diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai
berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 tahun di tahun 623/624M, artinya
Aisyah ra masih bayi yang baru lahir (sibyah dalam bahasa Arab) pada saat Surah
Al-Qamar diturunkan.
Menurut riwayat diatas, sangat jelas sekali bahwa
Aisyah ra adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika wahyu surah
Al-Qamar diturunkan. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain.
Artinya, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia
6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, oleh kerana itu pula sudah pasti
Aisyah ra, sudah berusia 14-21 tahun ketika dinikahi Nabi.
KESIMPULAN: Riwayat ini juga
bertentangan dengan sejarah Aisyah menikah pada usia 9 tahun dengan Nabi sw.
DATA
8 : TEMAN-TEMAN AISYAH
Hadits
dari Aisyah r.a:
“Ketika aku bermain dengan mainanku, saat itu ada
kawan-kawanku, dan datang baginda Rasulullah kepadaku, lalu mereka akan keluar
meninggalkanku, akan tetapi Rasulullah keluar mendapatkan kawan kawanku itu dan
membawa mereka kembali karena baginda senang denganku bermain bersama dengan
mereka. Kadangkala baginda berkata, “Tinggal di situ, wahai Aisyah,” dan
sebelum sempat kawan kawanku meninggalkan aku, baginda akan turut serta dalam
permainan kami.”(al-Bukhari and Muslim).
Jika Aisyah dan kawan kawannya adalah kanak-kanak
ketika itu, agak tidak wajar jika mereka berhenti bermain apabila Rasullulah
datang. Ini kerana kanak-kanak tidak tahu arti segan atau malu ketika bermain. Bahkan,
Rasulullah terkenal sebagai seorang yang senang dengan anak-anak, bahkan
terdapat riwayat yang menyatakan apabila Rasulullah keluar, anak-anak mengerumuni
baginda dan menarik tangan baginda untuk diajak bermain.
Jika Aisyah dan kawan kawannya masih anak-anak
ketika itu, pasti mereka akan suka dengan kehadiran Nabi, dan bukannya merasa
malu lalu menghindar. Artinya Aisyah pada saat itu sudah dewasa atau remaja.
KESIMPULAN: Aisyah bukanlah
anak kecil ketika tinggal bersama Nabi s.a.w.
DATA
9 : AISYAH MEMBUAT TENUNAN
Terdapat beberapa hadits mengenai Aisyah menenun
langsir dan hamparan pada saat itu ditegur oleh Nabi karena mengandung gambar
di atasnya. Kerja membuat tenunan dan jahitan ini tidak mungkin dilakukan oleh
seorang anak-anak, malah lebih sesuai sebagai pengisi waktu senggang oleh
seorang gadis dewasa.
DATA
10 : PERISTIWA ISRA' DAN MI'RAJ
Antara hadits yang berkaitan dengan Isra' dan
Mi'raj salah satunya diriwayatkan oleh Aisyah. Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi
pada tahun 619M. Jika menurut kronologi asal sejarah, Aisyah lahir pada 614M
dan berusia 5 tahun ketika peristiwa itu berjadi. Adalah sangat kurang wajar
untuk anak-anak seusia 5 tahun untuk mampu memberikan penjelasan yang
sangat terperinci tentang hadits yang berkaitan dengan peristiwa besar Isra'
Mi'raj.
Jika kita setuju dengan teori bahwa Aisyah lahir
pada 605M, artinya Aisyah berumur 14 tahun ketika peristiwa Isra' Mi'raj, dan
lebih sesuai dengan kematangannya dalam meriwayatkan hadis tersebut.
DATA
11 : AISYAH IKUT DALAM PERANG BADAR DAN UHUD
Sebuah riwayat mengenai ikut terlibatnya Aisyah
dalam perang Badar diceritakan dalam hadits Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar,
Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir): Aisyah, ketika menceritakan
salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan:
“ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini nampak jelas, Aisyah
merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah riwayat mengenai terlibatnya Aisyah dalam
perang Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab
Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal): “Anas mencatat bahwa pada hari Uhud,
orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. (pada hari itu) Saya melihat
Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaiannya
untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tersebut.”
Di dalam perang Uhud, Aisyah bertugas mengangkut
air minuman dari Madinah ke bukit Uhud untuk diberikan kepada para pejuang.
Perang Uhud terjadi pada 2H/625M.
Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab
Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah
tidak mengizinkan dirinya ikut dalam perang Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar
berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi
mengizinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tersebut.”
Berdasarkan riwayat diatas, (1) anak-anak lelaki
berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam
perang, dan (2) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud.
KESIMPULAN: Aisyah ikut
dalam perang Badar dan Uhud jelas menunjukkan bahawa beliau tidak berusia 9
tahun ketika itu, tetapi pasti melebihi 15 tahun. Ini kerana anak-anak lelaki
pun hanya dibenarkan menyertai perang jika telah melebihi umur 15 tahun.
DATA
12 : KEBIJAKSANAAN AISYAH
Aisyah terkenal sebagai seorang yang bijak dan
mahir dalam beberapa bidang. Antaranya syair, pengobatan, silsilah (sejarah)
dan ilmu al-Quran. Tidak dapat diragukan bahwa ilmu Aisyah dalam al-Quran
adalah hasil pendidikan suami dan guru terbaik yaitu Rasulullah s.a.w. Namun tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa Rasulullah turut mengajar pengobatan dan syair
kepada Aisyah. Juga tidak ada bukti bahwa terdapat guru lain di Madinah yang
mengajar Aisyah dalam perkara ini.
Urwah ibn Zubair ketika dipuji orang kerana
bait-bait syairnya, mengatakan bahwa bibinya, Aisyah jauh lebih pintar darinya
dalam membuat syair.
Alasan yang paling masuk akal bahwa, Aisyah belajar
ilmu-ilmu ini daripada ayahnya, Abu Bakar yang juga pakar dalam bidang silsilah
(sejarah) dan juga syair. Ini juga membuktikan bahwa Aisyah tidak mungkin
meninggalkan rumah (menikah) seusia 9 tahun kerana jika begitu beliau pasti
tidak sempat untuk belajar semua ilmu tersebut dari ayahnya. Tapi jika dipakai
alasan bahwa Aisyah keluar dari rumah pada usia 19 tahun, maka cukup waktu
untuk beliau belajar.
KESIMPULAN
TERAKHIR
Berdasarkan hujah-hujah ilmiah dan percanggahan
fakta sejarah yang dibincangkan di atas, maka berikut adalah kronologi yang
lebih tepat bagi menggambarkan tahun dan umur Aisyah r.a ketika berkahwin dengan
Rasulullah SAW :
570
M – Nabi lahir.
605
M – Aisyah lahir.
610
M – Nabi diangkat menjadi Rasul.
619
M – Khadijah r.a meninggal dunia.
620
M – Nabi s.a.w meminang Aisyah r.a.
622
M – Hijrah ke Madinah.
623-624
M / 2 H – Nabi s.a.w menikah / tinggal dengan Aisyah r.a.
632
M / 10 H – Nabi wafat.
672
M / 50 H – Aisyah r.a. meninggal dunia.
Catatan
Penting :
Seharusnya kita semua
terutama para ulama dan ustadz sekarang harus menyampaikan kepada umat Islam
dan umat agama lain kronologis yang benar dan sesuai dengan fakta sejarah
adalah Aisyah r.a. lahir pada tahun 605M, dipinang Rasulullah pada tahun 620M
ketika berusia 15 tahun, dan menikah dengan Nabi pada tahun 623-624M/2H ketika
berusia 19 tahun dan Aisyah ra wafat pada tahun 50H/672M pada usia 67 tahun.