Monday, 31 March 2014

APAKAH SIKSA KUBUR ITU KEKAL?

Pemuda ini mengalami siksa kubur

Jawaban dari pertanyaan ini ada dua macam: Siksaan itu termasuk jenis terus-menerus, kecuali seperti yang disebutkan dalam sebagian hadits, bahwa siksaan itu diringankan antara dua kali tiupan sangkakala. Jika mereka sudah bangkit sudah bangkit dari kuburnya, maka mereka berkata, “Celakalah kami. Siapakah yang membangungkan kami dari tempat tidur kami?” Yang menunjukkan kekelan siksaan itu ialah firman Allah,

â$¨Y9$# šcqàÊt÷èム$pköŽn=tæ #xrßäî $|ϱtãur ( tPöqtƒur ãPqà)s? èptã$¡¡9$# (#þqè=Åz÷Šr& tA#uä šcöqtãöÏù £x©r& É>#xyèø9$# ÇÍÏÈ  

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang” (Al-Mu’min:46)

Kekekalan siksa ini juga ditunjukkan hadits Samurah yang diriwayatkan Al-Bukhary tentang mimpi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang di dalamnya disebutkan sabda beliau, “Dia melakukan yang demikian itu hingga hari kiamat.”

Dalam hadits Ibnu Abbas berkaitan dengan dua kubur yang ditelungkupi dua pelepah daun, disebutkan, “Siapa tahu dua pelepah daun ini dapat meringankan siksa keduanya selagi belum kering.” Siksa yang diringankan dibatasi dengan basahnya pelepah daun itu.

Dalam hadits Ar-Rabi ‘ bin Abbas, dari Abul-Aliyah,dari Abu Hurairah, disebutkan tentang orang yang memukuli kepalanya dengan batu, dan hal itu berlangsung terus menerus tanpa ada selang waktu. Di dalam Ash-shahihain disebutkan tentang orang yang mengenakan dua mantel dan berjalan di tengah manusia dengan congkak dan sombong, maka bumi tempat berpijaknya bergemuruh lalu dia terguncang guncang di sana hingga hari kiamat.

Di dalam hadits Al-Bara ‘ bin Azib juga disebutkan kisah orang kafir yang dibukakan pintu neraka baginya, lalu dia melihat tempat duduknya di dalam neraka hingga hari kiamat tiba.

Jenis yang kedua ialah siksaan yang berhenti hingga waktu tertentu dan setelah itu terputus. Ini merupakan siksa yang ditimpakan kepada sebagian orang durhaka, yang kesalahanya ringan, kemudian siksaannya di neraka diringankan, lalu dia dibebaskan sama sekali dari neraka itu.

Siksa juga bisa terputus karena doa, shadaqah, istighfar, pahala haji atau bacaan yang dilakukan kerabat atau yang lainnya. Hal ini seperti yang dilakukan orang yang memintakan syafaat bagi orang yang disiksa di dunia, sehingga orang itu bisa selamat dari siksa yang diterima, berkat syafaat yang dimintakan bagi dirinya. Tapi adakalanya syafaat ini juga tidak diperkenankan, karena Allah tidak menerima syafaat kecuali dari orang yang diperkenankan-Nya.

Allahlah yang memperkenankan bagi seseorang untuk memintakan syafaat bagi orang lain. Itu pun jika Allah berkenan merahmati orang yang dimintakan syafaat. Maka siapa pun tidak boleh terkecoh oleh masalah syafaat ini. Sebab masalah ini bisa menjurus kepada syirik dan kebatilan, dan Allah tidak menghendaki hal itu. Firman-Nya

ãNn=÷ètƒ $tB tû÷üt/ öNÍkÉ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz Ÿwur šcqãèxÿô±o žwÎ) Ç`yJÏ9 4Ó|Ós?ö$# Nèdur ô`ÏiB ¾ÏmÏGuŠô±yz tbqà)Ïÿô±ãB ÇËÑÈ  

” Dan, mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah.” (Al-Anbiya’ : 28)

ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPqs)ø9$# 4 Ÿw ¼çnäè{ù's? ×puZÅ Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 `tB #sŒ Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqäÜŠÅsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã žwÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅur çmÅöä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ  
” Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-nya. ” (Al-Baqarah : 255 )

Ÿwur ßìxÿZs? èpyè»xÿ¤±9$# ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ô`yJÏ9 šcÏŒr& ¼çms9 4 #Ó¨Lym #sŒÎ) tíÌhèù `tã óOÎgÎ/qè=è% (#qä9$s% #sŒ$tB tA$s% öNä3š/u ( (#qä9$s% ¨,ysø9$# ( uqèdur Í?yèø9$# 玍Î6s3ø9$# ÇËÌÈ  
” Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya. ” (Saba’ : 23 )

@è% °! èpyè»xÿ¤±9$# $YèŠÏHsd ( ¼ã&©! à7ù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( ¢OèO Ïmøs9Î) šcqãèy_öè? ÇÍÍÈ  

” Katakanlah, ‘Hanya kepunyaan Allahlah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi’. ” ( Az-Zumar : 44 )

Ibnu Abid-Dunya telah menyebutkan, ” Aku diberitahu Muhammad bin Musa Ash-Sha’igh, kami diberitahu Abdullah bin Nafi’, dia berkata, ” Ada seorang laki laki dari penduduk Madinah yang meninggal dunia. Lalu ada orang lain yang bermimpi seakan akan orang yang meninggal itu termasuk penghuni neraka. Maka dia merasa sedih karenanya.

Tapi tak seberapa lama setelah itu dia bermimpi bahwa orang itu termasuk penghuni surga. Ada seseorang bertanya, ” Bukankah engkau katakan bahwa dia termasuk penghuni neraka ? ” Dia menjawab, ” Pada awal mulanya memang dia begitu. Tapi kemudian ada empat puluh orang yang dulu menjadi tetangganya, yang memintakan syafaat bagi dirinya, dan aku termasuk salah seorang di antara mereka. ”

Ibnu Abud-Dunya menuturkan, ” Kami diberitahu Ahmad bin Yahya, dia berkata, ” Aku diberitahu sebagian rekan kami, dia berkata, ” Saudaraku meninggal dunia, lalu aku mimpi bertemu dengannya. Aku bertanya kepadanya, ” Bagaimana keadaanmu ketika engkau diletakkan di dalam kuburmu ? ”

Dia menjawab, ” Ada seseorang yang mendatangiku sambil membawa bara api . Sekiranya tidak ada seseorang yang berdoa bagi diriku, tentulah aku sudah dipukul dengan bara api itu. ”

Amr bin Jarir berkata, ” Jika seorang hamba berdoa bagi saudaranya yang sudah meninggal, maka ada seorang malaikat yang menemuinya di dalam kuburnya, seraya berkata, ” Wahai penghuni kubur yang terasing, ini ada hadiah dari saudaramu. ”

Basyar bin Ghalib berkata, ” Aku mimpi bertemu Rabi’ah, yang sebelumnya aku seringkali berdoa untuk dirinya. Dia berkata, ” Wahai Basyar bin Ghalib, hadiah hadiahmu datang kepada kami, berupa cahaya yang terang dan dibungkus kain sutera. ”

Aku bertanya, ” Bagaimana hal itu bisa terjadi ? ”
Dia menjawab, ” Begitulah doa orang orang Mukmin yang masih hidup jika mereka berdoa bagi orang orang yang sudah meninggal, sehingga doa itu dikabulkan bagi mereka. Hadiah-hadiah itu diletakkan di atas kain sutera, lalu orang yang ada didalam kubur mendatangi doa itu, sehingga dikatakan , ” Ini ada hadiah Fulan bagi diriku. “

No comments: